Aku panggil dia ney, jauh dari nama pemberian orang tuanya. Entah dapat ide darimana sehingga panggilan itu kusematkan pada dia.
Ada sesuatu yang spesial pada dirinya. Kurasakan itu dari awal hubungan kami. Entah apakah itu, Aku tidak tahu, hingga 'bencana' itu menimpaku.
Aku bukan lah sosok beriman apalagi salih, bahkan julukan 'Ahli Maksiat' pantas Aku sandang.
Aku tidak malu mengakuinya, karena itulah diriku ada nya.
Bencana, awal nya Aku menganggap itu adalah sebuah bencana. Sesuatu yang merenggut kebahagiaan kita di dunia, pantas kita sebut bencana, itulah stigma yang ada di fikiran sempit ku. Berawal dari keserakahan, gaya hedonis dan jauh dari Allah, itulah faktor diantaranya yang menyebabkan aku berada di sini.
Dijauhkan dari orang yang ku kasihi, terkukung dalam ruang sempit, berkumpul dengan orang-orang asing dengan latar berbeda beda, disinilah aku.
Hak ku dirampas, kemerdekaan ku di renggut…
Kawan yang dahulu kuanggap sahabat, saudara yang dahulu kufikir akan membela, perlahan menjauh, memudar, bahkan hilang.
Aku kecewa, aku marah, Tuhan tidak adil…
Sebagian dari diriku menganggap, inilah akhir hidupku, inilah akhir dari kejayaanku di dunia yang selama ini aku kejar tanpa henti. Sebagian dari diriku meminta untuk kembali pada Allah. Ya, Allah. Namun sisi hitam ini masih menghalangi, ia berujar lantang, Allah??? Tuhan??? Bukankah Ia hanya imajinasi ciptaan manusia? Tuhan hanya ada ketika kita susah? Apakah aku tidak malu kembali pada Nya?
Kontradiksi berkecamuk. Genderang perang telah aku tabuh untuk diriku sendiri, siapa pemenang antara kebaikan melawan kebathilan.
Disitulah ney datang. Ia menjadi wassilah pengingat aku untuk kembali kepada Nya. Semangat mulai tumbuh, optimisme mulai menggerus sisi negatif.
Seolah Allah mengirimkan aq paket kilat ekspres, keterpurukan ku perlahan pudar. Aku menemukan suatu cawan dalam dahagaku, sekotak pangan dalam laparku.
Berawal dari kunjungan suatu majelis ke tempat pengasingan ku, mereka membawa sesuatu yang sebenarnya telah aku ketahui, namun tak pernah aku gubris apalagi amalkan, SHALAWAT.
Aku memperhatikan ke khusyu an mereka, kenikmatan mereka dan keikhlasan dalam tutur salam mereka.
Dalam Shalawat aku menemukan ketenangan…
Dalam Shalawat aku menemukan sebuah hubungan…
Dalam Shalawat aku tenggelam dalam damai…
Ini bukan sebuah akhir. Ini adalah permulaan. Era baru dalam hidupku yang fana. Sebuah proses yang harus aku maknai dengan bijak, agar tak terjatuh dalam kesalahan yang sama. Yang dahulu aku anggap bencana, perlahan mulai aku anggap sebagai berkah. Berkah bahwa Allah masih sayang terhadapku, Allah tidak ingin aku berakhir dalam keterpurukan.
Dari tempat yang bahkan sebagian orang masih apriori, berpikiran negatif, justru dari tempat inilah aq menemukan setitik cahaya yang akan terus aku kobarkan hingga menjadi obor penerang hidupku. Aku bukanlah penulis yang baik. Apa yang aku tuangkan dalam tulisan ini hanyalah refleksi dari kegelisahan dan pencarian diri.
Aku akan tulis pengalaman ini dalam bentuk sebuah surat untuk Ney, sebagai persembahan terima kasih ku atas segala yang dia lakukan untukku.
Semoga Allah membimbingku selalu.
0 Comments