Fokus sama tujuan bukan halangannya aja, kalau ada "kerikil" dijalan, jangan fokus sama kerikilnya nanti nggak sampai tujuan
Kalau tujuan kita bahagia, harus ada standar kebahagiaan, standar kebahagiaan muslim jelas ridho Allah Subhanahu Wa Ta'ala, maka gunakan standar pencipta sebagai dorongan kita dalam berbuat.
Namanya hidup ya dinamis. Pasti ada masalah. Kalo statis, hidup gak punya masalah, itu gak normal. Masalah itu untuk menaikkan level kita mendewasakan kita juga. Maka jangan fokus sama halangan2nya, fokus sama tujuannya. Setiap kita pasti punya visi, punya target, tujuan, cita2 pribadi atau cita2 bersama.
Untuk mencapai target, tiap kali kita perjuangkan pasti ada aja orang yang nggak sepakat, nggak suka, meremehkan kita bahkan menghalangi. Tapi kalo kita fokus sama tujuan, halangan itu cuma kayak angin, numpang lewat aja.
Kalau lah kita diremehkan, abaikan aja. Fokusnya, kita mau apa setelah diremehkan? Setan itu seneng lho liat orang yang putus asa. Direndahkan, diremehkan, dibully itu keniscayaan. Manusia terbaik di muka bumi ini, Rasulullah ﷺ aja dibully. Apalagi kita yg cuma manusia biasa.
Tetap berusaha konsisten, istiqomah mencapai tujuan. Tujuan kita bahagia dunia akhirat. Bahagia dunia akhirat hanya akan dicapai dengan taat, bukan maksiat. Kalau maksiat bahagianya sebentar di dunia aja, di akhirat sengsara. Maka pilihannya cuma 2, bahagia atau sengsara. Bahagia diperoleh dari ketaatan, sengsara diperoleh dari kemaksiatan.
Kalau mau berubah, berhenti menyalahkan keadaan. Karena kita masih bisa memilih, mau terus2an ''begini'' atau berusaha 'merubah' dengan tuntunanNya. Bergerak, lalu berdampak. Kalau kita malas, percayalah salah satu sebab malasnya kita itu karena kurang ilmu. Kalaupun berilmu tapi males, itu sebab nggak diamalkan.
0 Comments