بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
ISRA MIRAJ ADALAH DALIL ALLAH TAALA MAHA TINGGI BERADA DI ATAS LANGIT
 
Allah taala memiliki sifat Al ‘Uluw, yaitu Maha Tinggi. Dan dengan ke-Maha Tinggi-an-Nya Allah ber-istiwa di atas ‘Arsy. Istiwa artinya ‘alaa was taqarra, tinggi dan menetap. Allah ber-istiwa di atas ‘Arsy artinya Allah Maha Tinggi menetap di atas ‘Arsy. Allah subhanahu wa taala berfirman:
 
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
 
“Ar Rahman (Allah) ber-istiwa di atas ‘Arsy.” [QS. Thaha: 5]
 
Dan peristiwa Isra Miraj adalah salah satu dalil bahwa Allah taala Maha Tinggi berada di atas langit. Di antara dalil yang menunjukkan bahwasanya Allah taala Maha Tinggi, Ia berada di langit ber-istiwa di atas Arsy, adalah peristiwa Isra Miraj. Lebih tepatnya pada peristiwa Miraj, ketika Nabi ﷺ diperjalankan ke langit dan bertemu dengan Allah taala menerima perintah salat lima waktu.
 
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu beliau berkata:
 
لمَّا أُسْريَ برسولِ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ علَيهِ وسلَّمَ انتُهيَ بِهِ إلى سدرةِ المنتَهَى ، وَهيَ في السَّماءِ السَّادسةِ ، إليها ينتَهي ما يعرجُ بِهِ منَ الأرضِ ، فيقبِضُ منها ، وإليها ينتَهي ما يُهْبِطُ بِهِ مِن فوقِها فيقبِضُ منها ، قالَ : إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى [ 53 / النجم / الآية – 16 ] قالَ : فِراشٌ من ذَهَبٍ ، قالَ : فأُعْطيَ رسولُ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ علَيهِ وسلَّمَ ثلاثًا : أُعْطيَ الصَّلواتِ الخمسَ ، وأُعْطيَ خواتيمَ سورةِ البقرةِ ، وغُفِرَ لمن لم يشرِكْ باللَّهِ من أمَّتِهِ شيئًا ، المُقْحِماتُ
 
“Ketika Rasullullah ﷺ diperjalankan hingga ke Sidaratul Muntaha, yaitu di langit ke enam, di sanalah terhenti segala sesuatu yang naik dari bumi, lalu diputuskan di sana. Dan di sana pula terhenti segala sesuatu yang turun dari atasnya, lalu diputuskan di sana.“ Ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya” [QS. An Najm: 16).
 
Ibnu Mas’ud mengatakan: “Yaitu tempat tidur yang terbuat dari emas”. Beliau lalu mengatakan: Lalu Rasulullah ﷺ diberikan tiga hal di sana:
• Diberikan perintah salat lima waktu,
• Diberikan ayat-ayat terakhir surat Al Baqarah, dan
• Diampuni orang-orang yang tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun dari umatnya, walaupun ia berbuat dosa besar.” [HR. Muslim no. 173]
 
Ibnu Abil ‘Izz Al Hanafi juga menyatakan:
 
وَفِي حَدِيثِ الْمِعْرَاجِ دَلِيلٌ عَلَى ثُبُوتِ صِفَةِ الْعُلُوِّ لِلَّهِ تَعَالَى مِنْ وُجُوهٍ، لِمَنْ تَدَبَّرَهُ
 
“Dan dalam hadis mengenai Miraj terdapat dalil ditetapkannya sifat Al ‘Uluw bagi Allah taala dari banyak sisi pandang, bagi orang yang menadabburinya.” [Syarah Al Aqidah Ath Thahawiyyah, 1/226]
 
Syaikh Abdul Aziz Ar Rajihi menjelaskan:
 
أما الفوائد الأخرى العامة المستنبطة من حديث الإسراء والمعراج ففيه أولا إثبات العلو لله عز وجل من وجوه: حيث إن الرسول -عليه الصلاة والسلام- عرج به إلى ربه عز وجل ثم جاوز السبع الطباق ثم لما كان يتردد بين ربه وبين موسى في كل مرة يعلو به جبرائيل إلى الجبار -تبارك وتعالى- فيه الرد على من أنكر العلو من الجهمية والمعتزلة والأشاعرة وغيرهم
 
“Faidah umum lainnya yang bisa kita petik dari hadis Isra Miraj adalah: Pertama: Penetapan sifat Al ‘Uluw bagi Allah ‘azza wa jalla dari berbagai sisinya. Karena Rasulullah ‘alaihis salatu wassalam diangkat naik menghadap Allah ‘azza wa jalla hingga langit yang ketujuh. Kemudian beliau bolak-balik antara menghadap Allah dan bicara dengan Nabi Musa. Setiap kali setelah bicara dengan Musa, Jibril membawanya naik kembali menghadap Allah tabaraka wa taala. Hadis ini adalah bantahan bagi orang yang mengingkari sifat Al ‘Uluw, seperti kaum Jahmiyah, Mu’tazilah, Asya’irah dan selainnya.” [Syarah Al Aqidah Ath Thahawiyyah, 1/152]
 
Aneh Jika Merayakan Isra Miraj, Namun Mengingkari Sifat Al ‘Uluw
 
Sebagian orang mereka mengadakan acara peringatan Isra dan Miraj Nabi ﷺ, namun di sisi lain mereka mengingkari bahwa Allah Maha Tinggi ber-istiwa di atas Arsy. Mereka malah mengatakan:
• Allah ada di mana-mana,
• Allah ada di hati kita, atau perkataan bahwa
• Allah tidak di atas, tidak di bawah, tidak di dalam dunia dan tidak di luar dunia, atau perkataan
• Allah ada tanpa tempat, atau sikap tawaqquf seperti mengatakan
• Hanya Allah yang tahu Ia di mana,
• Kita serahkan maknanya kepada Allah
• Dan perkataan-perkataan semisalnya, yang pada hakikatnya ingin mengingkari bahwa Allah Taala Maha Tinggi ber-istiwa di atas Arsy sebagaimana ditunjukkan oleh dalil-dalil.
 
Ini menjadi aneh karena mereka justru membuat perayaan Isra Miraj (yang tidak ada tuntunan untuk merayakannya), namun mereka tidak menerima muqtadha (konsekuensi) dari peristiwa Isra Miraj tersebut, yaitu penetapan sifat Al ‘Uluw bagi Allah.
 
Syaikh Salim bin Sa’ad Ath Thawil mengatakan:
 
إن مناهج وعقائد أهل البدع متناقضة غاية التناقض!! وذلك لأنها من عند غير الله تعالى. فتجدهم يثبتون المعراج لرسول الله صلى الله عليه وسلم ويحتفلون بذكراه مع أن النبي صلى الله عليه وسلم لم يحتفل فيه ولم يرشد إلى ذلك، كما أنهم يثبتون معراج النبي صلى الله عليه وسلم إلى السماوات العلا وينكرون أو يشكون أو يتوقفون في علو الله تبارك وتعالى
 
“Di antara manhaj Ahlul Bidah adalah berlaku kontradiktif hingga tingkatan kontradiksi yang paling puncak. Itu karena keyakinan mereka itu bukan berasal dari Allah taala. Anda bisa melihat mereka membenarkan peristiwa Miraj-nya Rasulullah ﷺ, dan bahkan membuat perayaan untuk mengenangnya, padahal Nabi ﷺ tidak pernah merayakannya dan tidak pernah menuntunkannya. Mereka juga membenarkan bahwa Nabi ﷺ diangkat ke langit, namun mereka mengingkari atau meragukan atau bersikap tawaqquf tentang sifat Al ‘Uluw bagi Allah tabaraka wa taala”
 
Beliau juga mengatakan:
 
إذا لم نقل بأن الله تعالى فوق السماء فإلى من عرج النبي صلى الله عليه وسلم؟ ومن فرض عليه الصلاة في السماوات العلا
 
“Jika kita tidak mengatakan bahwa Allah taala berada di atas langit, maka Nabi ﷺ ketika Miraj ke langit itu menghadap siapa? Dan siapa yang memberi perintah wajibnya salat lima waktu di sana?” [Ayyuhal Muhtafilun bil Isra wal Miraj Afala Ta’qilun, http://www.saltaweel.com/articles/41]
 
Sikap Kita Terhadap Peristiwa Isra Miraj
 
Dengan demikian, sudah sepatutnya jika kita membenarkan dan beriman kepada peristiwa Miraj-nya Nabi ﷺ ke langit. Kita juga membenarkan dan beriman bahwa Allah taala memiliki sifat Al ‘Uluw:
• Ia Maha Tinggi di atas para makhluk-Nya,
• Berada di atas langit,
Ber-istiwa di atas Arsy, sebagaimana ditunjukkan oleh dalil-dalil dan Ijma salaf serta para ulama.
 
Wabillahi at taufiq was sadaad.
 
 
 
Penyusun: Yulian Purnama
Artikel: Muslim.or.id
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: nasihatsahabatcom@gmail.com
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat