Logo Muhammad

Amalan Sunnah yang banyak ditinggalkan para khatib

Amalan Sunnah yang banyak ditinggalkan para khatib Dapat cerita dari seorang teman didaerahnya, ada seorang ustadz memulai khutbah Jum'at seperti biasa namun beliau sampaikan juga hadits tentang larangan bid'ah mengikuti Sunnah memulai khutbah, dan ini membuat beberapa jama'ah naik darah, yang semula mulai ngantuk kepala kembali tegak dan setelah shalat Jum'at si ustadz ini didatangkan beberapa orang jama'ah shalat Jum'at sambil bertanya kasar "Antum Wahabi yaa?", Tentu si ustadz kaget, usut punya usut ternyata ustadz dituduh demikian karena menyampaikan hadits larangan berbuat bid'ah diawal khutbahnya, sejak itu si ustadz dilarang mengisi materi khutbah Jum'at di masjid tersebut karena dianggap meresahkan jama'ah masjid tersebut, SubhanaAllah. Miris, karena banyak orang yang mengaku Muslim, pengikut Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam alergi pada perkataan beliau, padahal larangan berbuat bid'ah banyak disebut oleh Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam dalam banyak hadits Sahhih, beliau sampaikan atas dasar cinta Umatnya, agar umat nya menjauhi perkara bid'ah yang disebut beliau sendiri tempat nya di neraka, dan perkataan larangan berbuat bid'ah bukan berasal dari Syaikh Fulan atau Ustadz Fulan. Penyebabnya mungkin hadits-hadits larangan berbuat bid'ah jarang disampaikan ditengah masyarakat, dan ini berlangsung selama ratusan tahun turun temurun, sehingga asing ditengah masyarakat, dan ketika ada seorang menyampaikan hadits2 larangan berbuat bid'ah dianggap radikal dan suka membid'ahkan orang, SubhanaAllah. -------- Bahkan tidak hanya sekali-dua kali beliau bicara masalah bid’ah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan, أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ “Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim no. 867). Tidak hanya itu, di akhir-akhir hidup beliau, beliau masih mewanti-wanti masalah bid’ah. Al Irbadh bin Sariyah radhiallahu’anhu mengatakan: صلَّى بنا رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ ذاتَ يَومٍ، ثُمَّ أقبَلَ علينا، فوَعَظَنا مَوعِظةً بَليغةً ذَرَفَتْ منها العُيونُ، ووَجِلَتْ منها القُلوبُ، فقال قائلٌ: يا رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، كأنَّ هذه مَوعِظةُ مُودِّعٍ، فماذا تَعهَدُ إلينا؟ “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat bersama kami suatu hari. Setelah shalat beliau menghadap kami kemudian memberikan nasehat yang mendalam yang membuat air mata berlinang dan hati bergetar. Maka ada berkata: wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasehat orang yang akan berpisah, apa yang engkau pesankan kepada kami?”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ “Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at kepada pemimpin walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Karena barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnah-ku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang mereka itu telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Jauhilah dengan perkara (agama) yang diada-adakan karena setiap perkara (agama) yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. At Tirmidzi no. 2676. ia berkata: “hadits ini hasan shahih”). Maka jelas, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sangat mewanti-wanti umatnya terhadap kebid’ahan, melarang kebid’ahan bahkan sering dan terus-menerus beliau lakukan hal ini. Maka sudah semestinya para da’i yang mengikuti jejak Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga menyerukan hal yang sama. Tentunya dengan ilmu dan dakwah yang hikmah Sumber Referensi " Menjelaskan Bid'ah bukan berarti memvonis Neraka", karya Ustadz Yulian Purnama di web Muslim or

Bagikan :

0 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lainnya

Close
Close