Logo Muhammad

BAHAYA HASAD & MENANGGULANGINYA

IRI HATI

Iri hati (bahasa Inggris: envy, bahasa Latin: invidia), terkadang disebut juga dengki atau hasad, adalah suatu emosi yang timbul ketika seseorang yang tidak memiliki suatu keunggulan—baik prestasi, kekuasaan, atau lainnya—menginginkan yang tidak dimilikinya itu, atau mengharapkan orang lain yang memilikinya agar kehilangannya.[1]

Bertrand Russell, seorang filsuf dan peraih hadiah Nobel Sastra, mengatakan bahwa iri hati adalah salah satu penyebab utama ketidakbahagiaan. Orang yang iri hati tidak hanya menyebabkan ketidakbahagiaan bagi dirinya sendiri, orang tersebut bahkan mengharapkan kemalangan orang lain. Russel berpendapat bahwa ketidakstabilan status sosial di dunia modern, juga doktrin kesetaraan dari demokrasi dan sosialisme, sangat berperan memperluas penyebaran iri hati dalam suatu kalangan masyarakat. Karena itu iri hati adalah sesuatu yang jahat, namun menurutnya kejahatan ini musti ditanggung demi tercapainya suatu sistem sosial yang lebih berkeadilan.[2]

Rasa iri memiliki peranan besar di dalam perkembangan manusia sebagai spesies. Ia membantu manusia untuk memperoleh sumber daya yang memang terbatas dalam persaingan dengan manusia lain, ataupun spesies lain. Di dalam kelompok primitif, rasa iri memacu orang untuk memiliki lebih banyak harta benda, daripada orang-orang lainnya. Pemilik harta benda terbanyak lalu dianggap sebagai orang yang paling tepat untuk membangun keluarga yang unggul, sekaligus menjadi pemimpin kelompok. (Kupczik, 2014)

Rasa iri muncul, ketika orang melihat orang lain lebih berhasil daripadanya, baik dalam soal ekonomi, keluarga, prestasi dan sebagainya. Orang tidak bisa menerima sebuah keadaan, bahwa ada orang yang lebih baik dan lebih beruntung daripadanya.

Jika tidak dikelola dengan seksama, rasa iri bisa mendorong orang bertindak jahat. Ia tidak hanya menciptakan penderitaan bagi orang yang mengalaminya, tetapi juga pada orang lain yang menjadi obyek iri hatinya.

Sementara itu beberapa psikolog berpendapat bahwa ada dua jenis iri hati, yaitu iri hati yang berbahaya dan iri hati yang jinak; di mana saat ini iri hati jinak sedang diusulkan sebagai suatu jenis kekuatan motivasi yang positif.[3][4] Namun belum ada penelitian ahli yang membuktikan hal tersebut.

Haubl melakukan penelitian tentang iri hati melalui kuesioner yang ia sebar kepada 2500 orang di Jerman Timur dan Barat. Dari penelitiannya terlihat, bahwa perempuan lebih sering merasakan iri hati, ketika ia melihat ada orang lain yang lebih berhasil daripada dirinya. Pria juga memiliki emosi yang sama, walaupun dengan jumlah yang lebih sedikit, namun dengan tingkat iri hati yang lebih dalam.

Yang kedua adalah rasa iri hati yang berpijak pada keadilan, yakni dorongan untuk menciptakan keadaan yang lebih adil bagi semua, dan bukan hanya untuk beberapa kelompok elit semata. Hal ini sudah terjadi sejak lama. Rasa iri hati merupakan ekspresi dari rasa keadilan yang mendalam untuk perubahan sosial yang mendasar. Ini lalu menjadi gerakan sosial yang menciptakan perubahan sosial di masyarakat.

Dalam arti ini, kita bisa melihat, bahwa rasa iri hati juga memiliki sisi positif. Rasa iri hati, sebagaimana dikatakan Haubl, bisa mendorong orang untuk bekerja lebih baik dan rajin. Dalam soal bisnis, rasa iri bisa mendorong orang meningkatkan mutu bisnisnya, supaya bisa mengalahkan saingannya. Ini berlaku baik dalam sektor jasa maupun barang.

MENYADARI RASA IRI

Lepas dari sisi positifnya, rasa iri tetap merupakan sebentuk penderitaan. Ia menciptakan rasa kesepian, stress, depresi dan bahkan penyakit fisik. Dalam jangka panjang, sebagaimana dicatat oleh Kupczik, rasa iri menurunkan kemampuan untuk berkonsentrasi. Sarah Hill, peneliti dari Texas, bahkan menemukan, bahwa rasa iri hati di dalam dunia olahraga justru menurunkan kinerja para atlit.

Haubl juga menegaskan di sisi lain, bahwa rasa iri hati tumbuh di dalam proses pendidikan. Rasa iri terhubung erat dengan rasa tidak pernah cukup di dalam memiliki sesuatu. Rasa ini tumbuh dari keteladanan orang tua, atau dari budaya keluarga. Jika tidak disadari dan dikelola dengan tepat, rasa iri dan rasa tidak pernah cukup ini bisa membawa penderitaan panjang di dalam hidup seseorang.

Langkah terpenting untuk mengelola iri hati adalah dengan menyadarinya. Orang menyadari pola iri hati yang muncul di dalam pikirannya. Iri hati juga seringkali melibatkan emosi yang kuat, seperti marah, takut dan sedih. Hal ini pulalah yang perlu disadari sepenuhnya, ketika ia muncul dalam diri.

Iri hati tidak harus ditekan. Ia juga tidak harus diekspresikan. Ia hanya perlu disadari sebagai gerakan emosi sesaat dari kebiasaan yang terpola sejak lama. Seperti semua emosi lainnya, rasa iri hati itu sejatinya kosong. Ia datang dan pergi, serta tak memiliki inti, seperti layaknya asap atau awan.

Di dalam kesadaran semacam ini, rasa iri lalu bisa digunakan seperlunya. Orang memiliki rasa iri, tetapi tidak melekat padanya. Rasa iri lalu bisa digunakan untuk mendorong keadilan yang lebih besar di dalam hidup bersama. Ia juga bisa digunakan untuk mendorong orang untuk meningkatkan mutu hidup ataupun kerjanya. Di titik ini, iri hati tidak lagi mengandung emosi-emosi jelek, tetapi justru mengandung kebijaksanaan hidup yang mendalam.

PERBANDINGAN DENGAN KECEMBURUAN

Kata-kata "iri hati" and "kecemburuan" sering digunakan dengan maksud yang sama dalam penggunaan sehari-hari, namun sebenarnya kedua kata tersebut merujuk pada dua emosi yang berbeda.[1] Kecemburuan merupakan rasa takut, atau akibat, dari kehilangan sesuatu yang dimilikinya atau orang lain yang melekat padanya (suatu peralihan afeksi seseorang yang mencintai, atas orang yang dicintainya, dalam bentuk yang umum). Sedangkan iri hati adalah suatu kebencian yang disebabkan karena orang lain memiliki sesuatu yang tidak dimilikinya, dan ia menginginkannya bagi dirinya sendiri.[5] Jadi iri hati berkaitan dengan rasa ingin memiliki atas yang tidak dimilikinya, sementara kecemburuan berkaitan dengan rasa takut kehilangan atas miliknya

PANDANGAN AGAMA ISLAM

Rasa iri hati atau hasad dalam Islam merupakan akhlak tercela. Karena hasad pada hakikatnya tidak menyukai apa yang Allah takdirkan. Merasa tidak suka dengan nikmat yang telah Allah berikan kepada orang lain pada hakikatnya adalah tidak suka dengan apa yang telah Allah takdirkan dan menentang takdir Allah. Allah ta’ala berfirman dalam Al Qur'an,

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”

(QS. an Nisa': 32)

Hasad juga menyebabkan sikap meremehkan nikmat yang ada. Maksudnya orang yang hasad berpandangan bahwa dirinya tidak diberi nikmat. Orang yang dia dengki-lah yang mendapatkan nikmat yang lebih besar daripada nikmat yang Allah berikan kepadanya. Pada saat demikian orang tersebut akan meremehkan nikmat yang ada pada dirinya sehingga dia tidak mau mensyukuri nikmat tersebut[6].

https://youtu.be/sALi2LCHofY

Dan dalam sebuah hadist, dari Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah shallallah’ alaihi wa sallam bersabda : “Jagalah dirimu dari hasad, karena sesungguhnya hasad merusak kebaikan, sebagaimana api yang memakan kayu bakar.” (HR. Abu Daud)

Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu’ alaihi wa sallam bersabda : “Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara, yakni seorang yang diberi Allah harta lallu dia belanjakan pada jalan yang benar (sedekah), dan seorang diberi Allah ilmu dan kebijaksanaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu’ alaihi wa sallam dalam hadits berikut ini :

“Apabila seseorang melihat dirinya, harta miliknya atau saudaranya, sesuatu yang menarik hatinya (dikaguminya) maka hendaklah dia mendoakannya dengan limpahan barokah. Sesungguhnya pengaruh iri adalah benar.” (HR. Abu Ya’la)

Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

Perbuatan iri dengki selain termasuk ke dalam akhlak tercela, namun juga termasuk ke dalam ciri-ciri orang munafik menurut Islam dan merupakan salah satu tanda ciri-ciri akhir zaman. Dan untuk menjaga hati dalam Islam dan menyembuhkan penyakit hati, Allah telah menyediakan obatnya. Obat hati dalam Islam adalah dengan membaca Al-Qur’an dan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT., agar hati dan pikiran senantiasa merasa tenang

Ibadah di bagi dua yang pertama ibadah fisik seperti sholat, mengaji dan lain lain, sedangkan ibadah  kedua adalah ibadah bathin adalah seperti sabar, ikhlas dan lain lain,  maka pentingnya menjaga hati karena sebagian dari ibadah, dosa pun dibagi dua yang pertama adalah dosa fisik seperti mencuri, zina dan lain lain sedangkan dosa bathin adalah dosa seperti riya, pemarah, sombong dan lain lain. Hati adalah Mahkota seperti sabda Nabi SAW.

KEBANYAKAN MANUSIA TIDAK SELAMAT DARI HASAD

Hampir seluruh manusia pernah terjangkiti hasad. Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Maksudnya yaitu bahwasanya hasad adalah penyakit jiwa, dan ia adalah penyakit yang menguasai, tidak ada yang selamat darinya kecuali hanya segelintir orang. Karenanya dikatakan, “Tidak ada jasad yang selamat dari hasad, akan tetapi orang yang tercela menampakkannya dan orang yang mulia menyembunyikannya.” (Majmuu’ Al Fatawaa 10/125-126)

Kenapa hasad sulit dihindari? Ibnu Rajab Al Hanbali berkata, “Hasad tertanam di tabi’at manusia, yaitu manusia akan membenci jika ada seorangpun -yang sejenis dengannya (sesama manusia)- yang mengunggulinya dalam suatu keutamaan.” (Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam, hlm. 217)

CARA MENGHINDARI HASAD

BERIMAN KEPADA TAKDIR ALLAH SWT

Di antara kiat menghilangkan hasad adalah belajar tentang iman kepada takdir Allah, karena apabila seseorang kuat ilmunya terhadap takdir, maka akan bertambah keyakinannya. Jika seorang hamba meningkat kualitas keimanannya kepada takdir, maka tak masalah baginya jika saudaranya mendapatkan nikmat yang lebih besar dari pada dirinya, karena ia tahu bahwa semua itu dari Allah, dan itulah yang terbaik bagi dirinya. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (QS. Al-Furqan: 2)

Allah-lah yang berhak memberikan nikmat kepada sebagian hamba-Nya, dan Allah tidaklah ditanya tentang apa yang Allah lakukan tapi manusialah yang akan ditanya. Sebagaimana firman-Nya yang artinya, “Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.” (QS. Al-Anbiya: 23)

Allah memberi dengan keutamaan-Nya dan tidak memberi dengan keadilan-Nya. Yakin bahwasanya di setiap takdir Allah ada hikmah di baliknya yang tidak semua orang dapat mengetahuinya. Hingga ia akan sibuk dan terus memperbaiki diri dan menambah keimanan dirinya dengan ketaatan kepada Allah ta’ala. Dia berfirman yang artinya, “Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan.” (QS. Al-Ahqaf: 19)

BERBUAT BAIK KEPADA ORANG YANG DIHASADTI

Adapun amal yang bermanfaat bagi orang yang hasad, adalah melakukan sesuatu yang bertentangan dengan konsekuensi hasad. Paksa lidahnya untuk memuji orang yang dihasadi. Hendaklah dia paksa untuk tawadhu di hadapannya. Paksa dirinya untuk mengantarkan dan memberikan kebaikan kepada orang yang didengki. Paksakan untuk mendoakan mereka dengan kebaikan, terlebih dalam keadaan rahasia. Yakinlah bahwasanya Allah mendengar doamu, dan malaikat juga ikut mendoakan hal semisal untukmu. Maka ketika orang yang didengki mengetahuinya, maka hatinya pun akan nyaman, dan bahkan dia akan cinta dengan orang yang dengki, dan hal tersebut mengantarkan hilangnya hasad. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fushshilat: 34)

karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيْهِ بِظَهْ

دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ. كُلَّمَا دَعَا ِلأَخِيْهِ بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِيْنَ. وَلَكَ بِمِثْلٍ.

‘Do’a seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang dido’akannya [1] adalah do’a yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada Malaikat yang menjadi wakil baginya. Setiap kali dia berdo’a untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka Malaikat tersebut berkata: ‘Aamiin dan engkau pun mendapatkan apa yang ia dapatkan.’

MEMPERBANYAK MEMBACA AL FALAQ

Terjemahan Makna Bahasa Indonesia (Isi Kandungan) katakanlah (wahai rasul), “aku berlindung dan bernaung kepada Tuhan yang menguasai al falaq,yaitu waktu shubuh.” مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ min syarri mā khalaq  2.  dari kejahatan makhluk-Nya, Dari keburukan seluruh makhluk dan gangguan mereka. وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ wa min syarri gāsiqin iżā waqab  3.  dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, Dan dari keburukan malam yang sangat gelap apabila ia datang dan menyebar,dan yang  ada padanya dari keburukan-keburukan dan gangguan-ganguan وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ wa min syarrin-naffāṡāti fil-‘uqad  4.  dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, Dan juga dari keburukan wanita-wanita penyihir yang meniup dalam simpul-simpul yang mereka jalin dengan tujuan menyihir. وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ wa min syarri ḥāsidin iżā ḥasad  5.  dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki”.

PERBANYAK ISTIGFAR

Sabda Rasulullah SAW : “Barangsiapa membiasakan diri untuk beristighfar, Allah akan memberikan jalan keluar baginya dari setiap kesulitan, akan memberikan kebahagiaan dari setiap kesusahan, dan akan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR Abu Daud dan Ibnu Majah).

PERBANYAK SHALAWAT

Rasullah adalah contoh yang baik ,dengan banyak bershalawat  Insya Allah kita dapat meneladani sifat sifat terpuji yang dimiliki oleh Rasullah dan melembutkan hati, selain itu menambah kecintaan kira kepada Rasullah SAW.

MENIRU ORANG YANG DIHASADTI

Dengan meniru perilaku orang di berhasil besar kemungkinan juga kita bisa berhasil, paling tidak mendekati orang tersebut, teknik ini membangun supaya kita semakin berkembang dan menjadi pribadi yang lebih baik, merubah hasad menjadi motivasi hidup dan melihat nilai nilai positif dari setiap kejadian.

Semoga Bermamfaat, Sholu Alan Nabi

Bagikan :

0 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lainnya

Close
Close