بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله
■ MUQADDIMAH Para sahabat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Kita akan memasuki pembahasan Kitābul Jāmi' yaitu sebuah kitab yang ditulis oleh Al Hāfizh Ibnu Hajar rahimahullāh yang beliau letakkan di akhir pembahasan dari Kitāb Bulūghul Marām Min Adillatil Ahkām. Kita tahu bahwasanya Kitab Bulūghul Marām Min Adillatil Ahkām adalah kitab yang mengumpulkan hadits-hadits Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tentang fiqih, mulai dari Bab Thahārah, Bab Shalat, Bab Haji, Bab Zakat, Bab Jihad dan seluruhnya. Namun yang menakjubkan dari Al Hāfizh Ibnu Hajar, di ujung Kitab Bulūghul Marām, beliau meletakkan Kitābul Jāmi'. Dan Kitābul Jāmi' ini tidak ada hubungannya dengan masalah fiqih, tapi dia lebih cenderung berhubungan dengan masalah adab, akhlaq, tentang akhlaq yang baik, akhlaq yang buruk yang harus dijauhi, tentang dzikir dan do'a. Wallāhu a'lam, seakan-akan Al Hāfizh Ibnu Hajar ingin mengingatkan kepada kita bahwasanya jika seorang telah menguasai bab-bab ilmu, telah menguasai masalah-masalah fiqih maka hendaknya dia beradab dan dia memiliki akhlaq yang mulia. Karenanya di akhir kitab Bulūghul Marām, beliau meletakkan sebuah kitab yang beliau namakan Kitābul Jāmi'. • KITĀBUL JĀMI' Al jāmi' (الجامع) dalam bahasa arab artinya yang mengumpulkan atau yang mencakup. Dikatakan Kitābul Jāmi', kenapa? Karena kitab ini mencakup 6 bab yang berkaitan dengan akhlaq, sebagaimana yang tadi kita sebutkan. • Bab Pertama | Bab Al Ādab • Bab Kedua | Bab Al Birr Wa Shilah, yaitu bab tentang bagaimana berbuat baik dan bagaimana bersilaturahmi. • Bab Ketiga | Bāb Al Zuhd wa Al Wara', yaitu bab tentang zuhud dan sifat wara'. • Bab Keempat | Bāb At Tarhīb Min Masāwiil Akhlāq, yaitu bab tentang yang memperingatkan tentang akhlaq-akhlaq yang buruk. • Bab Kelima | Bāb At Targhīb Min Makārimil Akhlāq, yaitu bab tentang motivasi untuk memiliki akhlaq yang mulia. • Bab Keenam | Bāb Adz Dzikir Wa Ad Du'ā, yaitu bab tentang dzikir dan do'a. Maka disebut dengan Kitābul Jāmi' karena di dalam kitab ini mencakup 6 bab. ■ BAB PERTAMA | BĀB AL ĀDAB Kita masuk bab yang pertama, yaitu Bābul Ādab (bab tentang adab). Yaitu maksudnya adalah bab ini mencakup hadits-hadits yang menjelaskan tentang adab-adab di dalam Islam yang seorang muslim hendaknya berhias dengan akhlaq (perangai-perangai) yang mulia tersebut. ● HADITS PERTAMA Dari Abū Hurairah radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu :قَالَ رَسُولُ اَللهِ صلى الله عليه وسلم : حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ. قِيْلَ: مَا هُنَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَسَمِّتْهُ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ، وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ
Dari Abū Hurairah Radhiyallāhu anhu ia berkata: Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: “Hak seorang muslim terhadap sesama muslim itu ada 6:⑴ Jika kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam
⑵ Jika ia mengundangmu maka penuhilah undangannya.
⑶ Jika ia meminta nasihat kepadamu maka berilah ia nasihat.
⑷ Jika ia bersin dan mengucapkan ‘Alhamdulillāh’ maka do‘akanlah ia dengan ‘Yarhamukallāh’
⑸ Jika ia sakit maka jenguklah.
⑹ Jika ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya.”
(HR Imam Muslim nomor 4023, versi Syarh Muslim nomor 2162) Ikhwan dan akhwat sekalian yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Di sini kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, hak muslim seorang atas muslim ada 6. Tentunya, bilangan 6 ini bukanlah sesuatu yang tanpa batasan. Artinya 6 ini hanya menunjukkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan secara khusus namun bukan berarti tidak ada hak-hak yang lain. Dalam istilah ahlul 'ilmi (ulama) yaitu bahwasanya bilangan tidak ada mafhum mukhalafahnya. Jadi 6 ini hanya sekedar menunjukkan perhatian Nabi terhadap 6 perkara, bukan berarti tidak ada hak-hak yang lainnya. Dan maksud hak di sini adalah perkara yang hendaknya tidak ditinggalkan, bisa berarti perkara yang wajib, bisa perkara mustahab yang sangat ditekankan. Di dalam hadits ini mengumpulkan 6 hak. ■ HAK PERTAMA Jika engkau bertemu seorang muslim maka berilah salam kepada dia. Tentu di antara amalan yang sangat mulia adalah memberi salam. Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam :لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
"Kalian tidak akan masuk surga kecuali kalian beriman dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian tentang suatu perkara jika kalian melakukannya maka kalian akan saling mencintai? Yaitu sebarkanlah salam di antara kalian". (HR Muslim nomor 81, versi Syarh Muslim nomor 54) Oleh karenanya di antaranya afdhalul 'amal (amalan yang paling mulia) kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, yaitu memberi makan kepada fakir miskin, kemudian beri salam kepada orang yang kau kenal dan orang yang tidak kau kenal.عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – أَىُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ قَالَ « تُطْعِمُ الطَّعَامَ ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ ، وَعَلَى مَنْ لَمْ تَعْرِفْ
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ada seseorang bertanya pada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengenai islam bagaimana yang baik. Beliau menjawab, “Memberikan makan (pada orang yang membutuhkan), serta mengucapkan salam pada orang yang dikenal dan yang tidak dikenal.” (HR. Bukhari no. 5767, versi Fathul Bari no. 6236) Bahkan disebutkan diantara tanda-tanda hari kiamat yaitu seseorang hanya memberi salam kepada orang yang dia kenal. Salam merupakan amalan yang indah, mendo'akan kepada sesama Muslim. Dengan kita menyebarkan salam maka akan sering timbul cinta diantara kaum muslimin, ukhuwah islamiyah semakin kuat. Tentunya salam ada adab-adabnya, akan kita jelaskan pada pertemuan-pertemuan berikutnya. Namun satu yang menakjubkan dalam hadits Abdullāh bin Sallam, salah seorang Yahudi yang masuk Islam kemudian menjadi shahābat, dia mengatakan :أَوَّلُ شَيْءٍ تَكَلَّمَ بِهِ أَنْ قَالَ أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلَامَ
"Tatkala Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam di Madinah, pertama kali dia dengar kalimat Rasūlullāh, Rasūlullāh mengatakan: 'Wahai manusia (masyarakat), sebarkanlah salam diantara kalian'."(HR Tirmidzi no 2409, versi Maktabatu al Ma'arif Riyadh no 2485. HR Ibnu Majah no 1324, versi Maktabatu al Ma'arif Riyadh no 1334. Lafadz hadits milik Tirmidzi) Oleh karenanya menyebar salam bukanlah perkara yang sepele melainkan diperhatikan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, bahkan di awal dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan menyebarkan salam. Demikianlah, kita akan lanjutkan dalam pertemuan berikutnya.والله أعلم بالصواب
➖➖➖➖➖➖➖[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]
0 Comments